Sehebat-hebatnya kita, manusia, dalam bertahan hidup dan beradaptasi dengan berbagai kondisi lingkungan, ada mahkluk lain yang memiliki tingkat ketahanan lebih kuat. Sayangnya mahkluk yang satu ini merupakan salah satu hama pengganggu yang paling merugikan loh, Proton People.
Sebagai mamalia dengan kemampuan survival paling tinggi, tikus merupakan salah satu hama yang dapat hidup di kondisi apa saja dan bersifat merugikan kita, contohnya sebagai pengganggu hama pertanian, pengganggu di rumah dan gudang dengan merusak berbagai benda yang terbuat dari kayu, alat-alat listrik, serta dapat mengganggu aktivitas manusia (Priyambodo, 1995).
Dengan gigi depannya yang sangat tangguh dan kuat, serta dapat terus tumbuh, tikus mampu mengerat benda yang memiliki kekerasan hingga 5.5 di skala kekerasan mineral Mohs, atau setara dengan pisau besi. Kemampuan mengerat benda-benda keras tersebut merupakan salah satu aktivitas untuk mengurangi pertumbuhan gigi seri yang terus tumbuh. Di samping itu, tikus juga menyebabkan kerugian berupa kontaminasi pada bahan makanan dengan feses, urine, rambut, dan dapat menularkan beberapa penyakit (Priyambodo, 2005).
Pengendalian tikus sangat penting dilakukan untuk mengurangi kepadatan populasinya. Proton People mungkin sudah pernah mencoba salah satu, atau malah beberapa dari metode pengendaliannya tikus yang ada. Pengendalian ini mencakup sanitasi, kultur teknis, fisik-mekanis, hingga secara biologis dan kimiawi. Tetapi yang paling sering digunakan oleh manusia adalah secara fisik-mekanis, salah satunya dengan menggunakan perangkap, dan juga secara kimiawi dengan menggunakan rodentisida.
Metode kimiawi sering digunakan oleh manusia untuk membunuh tikus, karena racun yang diberikan kepada tikus menunjukkan daya bunuh yang efektif, serta memberikan hasil kematian tikus yang nyata (Priyambodo, 2003). Rodentisida yang biasa digunakan masyarakat adalah jenis bubuk yang dicampur dengan umpan dalam pemakaiannya, rodentisida ini tergolong racun akut yang dapat menyebabkan jera umpan (bait- shyness), hal ini dikarenakan jika menggunakan racun akut, gejala-gejala keracunan timbul begitu cepat, sehingga tikus akan berhenti memakan umpan sebelum mengonsumsi hingga dosis yang fatal.
Tikus juga memiliki sifat neophobia (rasa curiga terhadap hal baru) yang tinggi, dimana tikus sudah tidak tertarik memakan lagi umpan racun, setelah pemakaian pertama. Oleh karena itu, penggunaan racut akut akan mendapatkan hasil yang kurang maksimal pada pemberian umpan-umpan selanjutnya.
Untuk memaksimalkan upaya pemberantasan tikus dengan metode kimiawi, sebaiknya racun yang digunakan bersifat kronis. Racun kronis merupakan racun yang bekerja lambat, dengan cara menghambat proses koagulasi atau penggumpalan darah, serta memecah pembuluh darah kapiler (Priyambodo, 2003).
Salah satu kelebihan dari racun kronis yaitu berdaya bunuh lambat (tikus akan mati dalam waktu 3-4 hari setelah memakan racun kronis). Racun kronis yang dimakan oleh tikus pun tidak akan langsung menimbulkan gejala-gejala keracunan, sehingga tikus akan memakannya dalam jumlah banyak. Oleh karena itu, racun kronis tidak menyebabkan jera umpan pada tikus, sehingga akan didapatkan hasil yang lebih maksimal dalam upaya pemberantasannya.
Tentu saja kita tidak bisa memukul rata setiap kasus, Proton People. Di sinilah kita baru menyadari pentingnya proses manajemen hama. Dalam manajemen hama yang dilakukan Proton, kita tidak semerta-merta langsung memberantas hama, melainkan kita melakukan survey sebelum melakukan penanganan, yang dilanjutkan dengan proses monitoring setelahnya.
Dengan melakukan survey, kita baru bisa menganalisa dan mengambil kesimpulan pendekatan pengendalian terbaik yang bisa dilakukan. Karena dalam manajemen hama yang baik, kita perlu menjaga keseimbangan ekosistem dari lingkungan tempat dilakukannya penanganan, serta memastikan keamanan mahkluk hidup lain yang berada di dalamnya. Selain tanaman dan hewan lain, ini juga termasuk manusia yang hidup dan beraktivitas dalam lingkungan tersebut.
Selanjutnya, setelah melakukan penanganan dengan tindakan pengendalian yang paling tepat, Proton juga akan melakukan monitoring akan dampaknya. Apakah pengendalian berhasil atau tidak, bagaimana menjaga agar tidak muncul kembali, dan sebagainya.
Jadi kesimpulannya, untuk manajemen pengendalian hama yang tangguh seperti tikus, kitapun perlu menjalin kerjasama yang lebih tangguh lagi, Proton People! Kapanpun terdapat kasus hama seperti ini, kami selalu siap memfokuskan pada kepuasan Anda sebagai pelanggan, dan siap mendiskusikan apapun yang menjadi keluhan.
Referensi:
Priyambodo, S. (1995). Pengendalian Hama Tikus Terpadu (Cetakan 1). Penebar Swadaya.
Priyambodo, S. (2003). Pengendalian Hama Tikus Terpadu (Cetakan 3). Penebar Swadaya.
Priyambodo, S. (2005). Pengendalian Hama Tikus Terpadu (Edisi 3). Penebar Swadaya.